Showing posts with label renungan. Show all posts
Showing posts with label renungan. Show all posts

seberapa beratkah masalah anda ?

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Steven Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya:

"Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?" Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.

"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya." kata Covey.


"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."

"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey.

"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".

Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi......

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.

4 September 2001

copas dari pondok renungan.. keren

4 September 2001
Halo,

Sekedar membagikan apa yang saya tulis tadi malam :) Sehabis pulang dengerin romo Yohanes sharing. Pas di kamar rasanya santai and pengen nulis :) Sedikit meniru gaya Romo Gani dalam membuat renungan, saya coba tulis dalam bentuk diary saya.

-------------------------------- September 04, 2001

Ah, tak terasa 1 hari telah berlalu. Hmm jam 12.00 tepat sekarang. Saat santai setelah melewati hari yang cukup melelahkan. Tanpa sadar, 1 hari pula saya telah menikmati berkat dan karunia Tuhan yang tercurah bagiku.

Masih kuingat tadi pagi, perasaan tak ingin ke kantor karena hujan yang begitu deras, masih ingat sekawanan orang orang chinese yg menanyakan jalan kepada saya, dikirain saya orang singapore, masih ingat wajah cerah mereka ketika menemukan tujuan mereka, ....ah masih ingat juga dinginnya ruangan kantor karena masih sepi. Masih ingat tawa canda dan debatan teman kantor saya ketika berdiskusi dengan atasan saya. Masih ingat pula sharing Romo Yohanes yang menguatkan kita akan cinta kasih Allah.

Ah, indah sekali rasanya jikalau saya bisa terus merasakan semuanya ini sebagai suatu berkat dan karunia dari Tuhan.

Tapi kadang kala saya malu dengan diri saya sendiri, toh cuma 'Omdo' kata orang (baca: Omong Doang). Buktinya, sedari pagi sampai sekarang mana ada ucapan syukur yang keluar dari hatiku untuk berterima kasih atas semuanya itu.

Masih ku ingat pula kuatnya perasaan malas untuk ke kantor karena hujan, padahal Tuhan sudah berbaik hati memberi saya pekerjaan, toh masih banyak saudaraku yang belum mempunyai pekerjaan. Atau suara ribut ribut dari sekawanan orang chinese yang takut kesasar tadi pagi ? ah rasanya menyebalkan.. berisik kata hatiku. Padahal Tuhan telah melayakkan saya untuk melayani mereka, toh masih banyak orang lain yang bisa membantu mereka, tetapi Tuhan memilih saya. Atau kotbahnya Romo Yohanes yang kedengaran begitu panjang, padahal perut saya sudah lapar sekali. Padahal masih banyak dari saudaraku yang rindu mencari akan firman dan sharing yang menguatkan, tapi Tuhan memilih untuk memberikan itu kepada saya.

Ah, lucu memang. Di satu sisi saya bilang "Saya mengasihi sesamaku"... tetapi ada perasaan malas membantu dan mendengarkan saudaraku yang lagi membutuhkan. Bilang "Saya mengasihi Tuhan" ... tetapi lupa akan keberadaan Tuhan yang Dia tampilkan melalui sesama saya. Bilang "Rindu akan firman yang hidup" ... tetapi lebih mementingkan perut daripada Tuhan yang hadir disana.

Masih ingat juga kata Romo " Katanya cinta Tuhan tapi kok ngga ada waktu buat Tuhan".... Iya, saya ingatnya cuma kalau lagi ada waktu ( istilah trend ). Gimana yach kalau Tuhan hanya ingat kepada saya hanya kalau pada waktu santai saja. Wah bisa kacau saya.

Hmmm, Tuhan memang baik. Tak bisa saya ingat lagi satu persatu kebaikannya itu .. ah terlalu banyak rasanya. Dalam satu hari ini saja sudah begitu banyak kemurahannya.

Tak terasa 30 menit berlalu. Jam 12.30 sekarang. Music Instrumental dari Hillsongs tetap mengalunkan lagu indah berjudul "Dwelling Places".... " I love u, I love u, I love u" (3x) .. "And my heart will follow, Holy after You"....

Yach, seperti mazmur 27 : 4 (bacaan hari ini) ... "Satu hal yang kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini; diam di rumah Tuhan seumur hidupKu, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati baitNya ...."

Ya, semoga Tuhan mendengarnya. Selamat malam, selamat datang hari baru.

Yang ngantuk,


Kwang
Email: realkuang@softhome.net

Tuhan Pernah Berbisik

 Tuhan Pernah Berbisik - by yessie angelia-


 Ketika aku kirimkan padamu seorang teman, Aku tidak memberikan sesorang yang sempurna karena engkaupun tak sempurna.
Aku mempertemukanmu dengan teman-teman yang sama denganmu, sehingga kalian dapat saling mengisi, berbagi dan bertumbuh bersama.

Jika kamu memancing ikan, ketika ikan itu terikat di mata kail, hendaklah angkat dan jagalah ia dengan baik. Janganlah sesekali kamu lepaskan ia begitu saja.... Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu.
Begitulah juga dalam kehidupan. Janganlah kamu banyak memberi banyak pengharapan kepada seseorang, bila memang rasa itu tak pernah ada..

Ketika kamu menyukai seseorang dan ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu bisa menjaga hatinya. Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja. Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingat... ..

Jika kamu menadah air ambillah secukupnya, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh, tapi cukupkan sebatas apa yang kamu perlukan. Karena bila sekali ia retak, akan sukar bagimu untuk menjadikannya kembali seperti semula. Akhirnya kamu akan kecewa dan ia akan dibuang.

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya. Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa. Anggaplah ia manusia biasa. Sehingga apabila sekali ia melakukan kesalahan maka akan lebih mudah bagi kamu untuk menerima ketidaksempurnaannya dan memaafkannya. Berbagilah kasih, berusahalah saling menerima dan peliharalah sifat mudah memaafkan, dengan demikian persahabatan menjadi lebih indah.

Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi yang pasti baik, putih dan sehat untuk dirimu, mengapa kamu harus berlengah dan mencoba mencari makanan yang lain ?
Begitu juga ketika kamu bertemu dengan seorang yang membawa kebaikan kepada dirimu, menyayangimu, mengasihimu dengan tulus dan sepenuh hati, mengapa kamu harus berlengah dan mencoba membandingkannya dengan yang lain?

Ingatlah, jangan pernah mengejar kesempurnaan, karena kelak, kamu akan kehilangan yang terbaik yang sudah kau raih dan kamu akan menyesal.

Ya Tuhan, terima kasih bisikan indahmu. Aku mohon ya Tuhan, ketika aku menyukai seorang teman, tolong ingatkanlah aku bahwa di dunia ini tak akan pernah ada sesuatu yang abadi. Pada masanya, segala sesuatu itu pasti akan berakhir. Sehingga ketika seseorang meninggalkanku, aku akan tetap kuat dan tegar karena aku bersama Yang Tak Pernah Berakhir, yaitu cinta mu ya Tuhan...

Orang bijak berucap : "Mencintai seseorang adalah keharusan, Dicintai seseorang adalah kebahagiaan, Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya."

May You Always Feel Loved

May you find serenity and tranquility in a world you may not always understand.
May the pain you have known and the conflict you have experienced give you the strength to walk through life facing each new situation with optimism and courage.
Always know that there are those whose love and understanding will always be there, even when you feel most alone.
May you discover enough goodness in others to believe in a world of peace.
May a kind word, a reassuring touch, a warm smile be yours every day of your life, and may you give these gifts as well as receive them.
Remember the sunshine when the storm seems unending.
Teach love to those who know hate, and let that love embrace you as you go into the world.
May the teaching of those you admire become part of you, so that you may call upon them.
Remember, those whose lives you have touched and who have touched yours are always a part of you, even if the encounters were less than you would have wished.
May you not become too concerned with material matters, but instead place immeasurable value on the goodness in your heart.
Find time in each day to see the beauty and love in the world around you.
Realize that each person has limitless abilities, but each of us is different in our own way.
What you may feel you lack in one regard may be more than compensated for in another.
What you feel you lack in the present may become one of your strengths in the future.
May you see your future as one filled with promise and possibility.
Learn to view everything as a worthwhile experience.
May you find enough inner strength to determine your own worth by yourself, and not be dependent on an other’s judgments of your accomplishments.
May you always feel loved.

PERTAPA MUDA DAN KEPITING

Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai.

Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan.

Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya.
Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal.

Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.

Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan.
Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya.

Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda.

Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.

Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya.
Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai.

Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama.

Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.

Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi.

Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.

Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, "Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik.

Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?"

"Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda.
Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih.

Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting," jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.
Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting.

Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai.

Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya.

"Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan.

Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan ?"

Seketika itu, si pemuda tersadar.
"Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu.

*Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. **

*Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang Paman ajarkan."

Pembaca yang budiman, Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun.
Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang.

Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu.
Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak.
Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif
bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.

BONSAI DAN SEQUOIA

Orang Jepang memelihara pohon yang lazim disebut Bonsai, pohon ini indah dan dibentuk dengan sempurna walaupun tingginya hanya dalam hitungan sentimeter.

Di California ditemukan pohon raksasa hutan yang bernama Sequoia. Salah satu pohon raksasa ini diberi nama Jenderal Sherman dengan ketinggian mencapai 90 meter seakan menembus langit dan lingkar batang hingga 26 meter. Pohon raksasa ini begitu hebat sehingga jika ditebang akan menghasilkan kayu bangunan yang cukup untuk membuat 35 buah rumah dengan lima kamar.

Pada saat berbentuk biji Bonsai dan Jenderal Sherman berukuran sama kecil, masing2 beratnya kurang dari satu milligram. Setelah keduanya dewasa terjadi perbedaan ukuran yang luar biasa dan kelihatan seperti peristiwa yang sederhana saja, tetapi kisah dibalik perbedaan ukuran itu mengandung pelajaran dalam kehidupan manusia. Ketika pohon Bonsai mulai menyembulkan tunasnya di muka bumi, orang Jepang mencabutnya dari tanah dan mengikat pokok akar dan sebagian cabang akarnya dengan demikian secara sengaja menghambat pertumbuhannya. Hasilnya adalah sebatang pohon mini yang indah tetapi tetaplah mini.

Biji Jenderal Sherman jatuh ke tanah California yang subur dan mendapat gizi dari mineral, air hujan dan sinar matahari, hasilnya adalah sebuah pohon raksasa.

Baik Bonsai maupun Jenderal Sherman tidak punya pilihan dalam menentukan nasibnya. Tidak demikian dengan manusia, anda punya hak untuk menentukan nasib, anda bisa jadi besar atau jadi kecil sebagaimana yang anda kehendaki. Anda bisa jadi Bonsai atau Jenderal Sherman.

Citra diri anda dan cara anda memandang diri sendiri akan menentukan akan menjadi apa anda kelak.


Untuk itu anda punya pilihan.

sumber: milis Cetivasi

Berjalan dan Berhenti


Seorang penyanyi terkenal. Suatu saat ketika didatangi dan dielu-elukan oleh para pengagumnya, berkata dengan nada pahit; Ketika aku masih muda, saya berusaha keras mendaki puncak karierku. Saat itu aku seperti layaknya seekor kuda yang sedang menempuh jalur perlombaan; tak ada sesuatu yang lain yang mampu menarik perhatiannya kecuali garis finish.

Melihatku yang sedemikian sibuk, nenekku memberikan nasihat; “Anakku, jangan berjalan terlalu cepat. Karena sepanjang jalanmu ada banyak pemandangan menarik.”

Namun aku tak pernah mendengarkan kata-katanya. Dalam hatiku aku berpikir, bila seseorang telah melihat secara jelas arah perjalanannya, mengapa harus menyia-nyiakan waktu untuk sekedar berhenti sejenak? Dengan pikiran yang demikian, aku terus berlari ke depan. Tahun silih berganti dan saya memperoleh kedudukan, nama serta harta yang aku idam-idamkan sejak lama. Aku juga memiliki sebuah keluarga yang amat saya cintai. Namun aku tak pernah merasa bahagia. Aku heran dan terus bertanya, di manakah letak kesalahannya sehingga aku tak bahagia?.

Setelah diam cukup lama, penyanyi itu melanjutkan, Suatu saat, kelompok musik kami ikut pentasan di luar daerah. Akulah penyanyi utamanya. Setelah selesai pentasan, semua yang hadir bertepuk tangan bersorak-sorai tanpa henti. Pentasan saat itu sangatlah berhasil. Namun saat orang sedang bersorak-sorai itulah aku dilanda kesedihan mendalam. Seseorang memberikan telegram kepadaku yang dikirim oleh isteriku. Anak kami yang keempat baru saja dilahirkan. Setiap kali anak-anakku dilahirkan saya selalu berada jauh dari isteriku, cuma dialah yang harus menanggung beban penderitaan seorang diri. Aku tidak pernah melihat bagaimana anak-anakku mulai membuat langkah pertama, belum pernah mendengar bagaimana mereka tertawa atau menangis. Aku hanya mendengar semuanya itu dari cerita ibunya. Kata-kata nenekku kini terngiang lagi di telingaku.... Sungguh, aku telah kehilangan banyak teman, sudah lama aku tak pernah menyentuh buku-buku, dan serasa hampir seabad aku tak pernah menikmati indahnya bunga yang sedang mekar di taman atau hijaunya pohon-pohon serta merdunya kicau burung. Aku terlampau sibuk!!!!!.



===========
Seorang bijak berkata; “Kita tak dapat hidup hanya dengan berpikir tanpa bekerja. Namun hidup ini menjadi amat tak berarti bila kita bekerja seperti sebuah mesin yang bergerak tanpa henti.” Kita butuh waktu luang untuk menilai kembali masa silam, serta menentukan arah masa depan yang baru.

Ketika berjalan, kita mengarah ke suatu tujuan tertentu. Ketika berhenti kita memupuk tenaga baru untuk memulai perjanan baru.

Biola


Kisah Biola dan Segala Sesuatu Yang Tak Dapat Diubah

Niccolo Paganini, seorang pemain biola yang terkenal di abad 19, memainkan konser untuk para pemujanya yang memenuhi ruangan. Dia bermain biola dengan diiringi orkestra penuh.

Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya tapi dia meneruskan memainkan lagunya. Kejadian yang sangat mengejutkan senar biolanya yang lain pun putus satu persatu hanya meninggalkan satu senar, tetapi dia tetap main. Ketika para penonton melihat dia hanya memiliki satu senar dan tetap bermain,mereka berdiri dan berteriak, "Hebat, hebat."

Setelah tepuk tangan riuh memujanya, Paganini menyuruh mereka untuk duduk. Mereka menyadari tidak mungkin dia dapat bermain dengan satu senar. Paganini memberi hormat pada para penonton dan memberi isyarat pada dirigen orkestra untuk meneruskan bagian akhir dari lagunya itu. Dengan mata berbinar dia berteriak, "Peganini dengan satu senar." Dia menaruh biolanya di dagunya dan memulai memainkan bagian akhir dari lagunya tersebut dengan indahnya. Penonton sangat terkejut dan kagum pada kejadian ini.


MAKNA: Hidup kita dipenuhi oleh persoalan, kekuatiran, kekecewaan dan semua hal yang tidak baik. Secara jujur, kita seringkali mencurahkan terlalu banyak waktu mengkonsentrasikan pada senar kita yang putus dan segala sesuatu yang kita tidak dapat ubah.

Apakah anda masih memikirkan senar-senar Anda yang putus dalam hidup Anda? Apakah senar terakhir nadanya tidak indah lagi? Jika demikian, saya ingin menganjurkan jangan melihat ke belakang, majulah terus, mainkan senar satu-satunya itu. Mungkinkanlah itu dengan indahnya. Tuhan akan menolong Anda.

Bintang Laut


Ketika fajar menyingsing, seorang lelaki tua berjalan-jalan di pinggir pantai sambil menikmati angin laut yang segar menerpa bibir pantai. Di kejauhan dilihatnya seorang anak sedang memungut bintang laut dan melemparkannya kembali ke dalam air. Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu bertanya heran;

'Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam air?'. Tanyanya.

'Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang terdampar itu akan segera mati kekeringan.' Jawab si kecil itu.

'Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya.' Kata lelaki tua itu sambil menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu. 'Lagi pula ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu sungguh mempunyai arti yang besar.' Lanjutnya penuh ragu.

Anak itu lama memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatahpun. Lalu dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan hidup.

'Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar sekurang-kurangnya bagi yang satu ini.' Kata si kecil itu.


-------------
Kita sering mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun sering kali kita lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang kecil.

Sebuah Pilihan, Kasih Tuhan Atau Mie Instant

Mazmur 63:4-5
Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.


Apa yang pemazmur maksudkan dengan mengatakan kasih setia Allah lebih dari hidup? Mari coba saya jelaskan.

Pertama, kasih setia secara harfiah diartikan sebagai belas kasihan. Hal ini berarti kasih Allah yang tidak pernah padam.

Kasih inilah yang Allah maksudkan sebagai sesuatu yang “lebih dari hidup.” Kasih Allah lebih dari cukup bagi kita untuk menjalani kehidupan ini.

Saat saya mengingat kembali kehidupan saya dulu yang tanpa Kristus, saya dapat mengingat banyak waktu dimana saya jalani dengan banyak orang dan hubungan yang indah. Tetapi kasih Allah masih lebih indah dari itu semua.

Kehidupan saya sebelum mengenal Kristus hanyalah mengejar bayang-bayang. Saya melakukan segala sesuatu yang terbaik untuk mendapatkan kepalsuan, karena saya tidak pernah merasakan sesuatu yang nayata. Ini seperti makan mie instant pada hal sang Kepala Koki sedang menyiapkan hidangan mewah dengan bahan-bahan terbaik bagi saya.

Kasih setia Allah masih lebih baik dari kehidupan yang terbaik yang bisa dijalani tanpa Allah. Respon alami untuk kasih yang seperti ini, adalah sebuah pujian penuh syukur. Artinya setiap hari, hingga Tuhan memanggil kita kembali kepada-Nya, haruslah menjadi hari ucapan syukur kepada-Nya. (Answers for Each Day, with Bayless Conley)

Kasih setia Tuhan menjamin Anda menikmati kehidupan yang terbaik dalam hidup ini, apakah Anda akan menyia-nyiakannya?


Sumber: renungan harian

APARTEMEN LANTAI 60


cerita ini inspire aku banget..ehehehe
jadi ga ada salahnya klo aku bagiin.. ^^

Ada satu keluarga yang mengontrak rumah dan akhirnya mereka bisa membeli sebuah kamar di apartemen. Kamar mereka terletak di lantai 60. sekarang apartemen tersebut sedang direnovasi dan memakan waktu yang cukup lama. Kemudian, tibalah hari yang ditunggu-ditunggu, yaitu waktu untuk pindah ke apartemen yang baru. Dengan sangat antusias mereka mepersipkan kepindahan apertemen mereka.
Mereka membawa surat kabar, pakaian, mainan, makanan, kompor, lemari pakaian, tempat tidur, peralatan makan, televisi, alat musik, sabun, teropong, dan banyak sekali barang yang lain.. “Nanti di atas, kita bisa nonton TV, main video game, masak terus makan masakan buatan sendiri, bisa bersantai sambil mendengarkan musik, bisa meneropong jauh, bersantai, mandi dulu, pokonya enak deh…..” begitu pikir mereka.
Sampai di sana, mereka menemui si pengembang apartemen. Ternyata apartemen itu masih belum jadi sempurna, liftnya belum terpasang. Mereka sangat kecewa dibuatnya. Mereka ingin pulang ke rumah lama mereka, tapi kontrak lama mereka sudah habis. Dengan sangat terpaksa, mereka harus tetap naik ke atas sana dan tinggal di dalamnya menggunakan tangga darurat. Mereka naik membawa ssemua barang mereka menggunakan tangga darurat. Tangga demi tangga mereka lalui dengan semangat membara.
Sesampainya di lantai 25, mereka kelelahan. Lalu mereka memutuskan untuk makan dan minum terlebih dahulu, mereka makan dan minum dengan lahapnya. Setelah itu mereka melihat semua barang-barangnya, timbul pikiran untuk mengurangi beban bawaan mereka. Lalu mereka memutuskan untuk meninggalkan meja telepon beserta teleponnya. “Toh di atas kita tidak perlu telepon atau pesan apa-apa,” demikian menurut mereka.
Di lantai 30 mereka tinggalkan baju, mainan dan lemari pakaian mereka. “Toh kita masih memakai baju.” Lalu mereka terus melaju ke lantai 35, mereka masih mengeluh dan memutuskan untuk meninggalkan televisi dan radio serta compo mereka. “Soalnya kita tidak perlu nonton TV, toh acara dan lagu-lagu yang kita punya itu-itu saja.”
Teruslah mereka melaju sampai lantai 45, rasanya masih berat dan tidak menyenangkan. Maka mereka tinggalkan kompor dan bahan makanan mereka. “Toh kita masih kenyang karena makan banyak tadi.” Lalu, di lantai 55 teropong dengan tripod yang sangat besar mereka tinggalkan begitu saja. “Toh di atas mau lihat apa, semua tower yang lain belum jadi.”
            Sesampainya di lantai 60, mereka masuk dan menyadari yang mereka miliki hanya sebuah kasur. Tidak ada jalan lain, mereka hanya ingin tidur karena tak ada pilihan lain.
­­­--­­­----­---------------------------------------------------------------------------------------------

             Jadi, apa intinya?? Cerita perumpaan yang panjang ini melambangkan kehidupan kita. Tiap lantai yang ada melambangkan umur kita. Kita adalah keluarga tersebut. Dan barang-barang tersebut adalah mimpi-mimpi kita. Apa yang kita lakukan terhadap barang-barang tersbut, mungkin melambangkan tindakan kita.
             Pada umur 25 kita mulai bekerja dan memutuskan untuk focus pada pekerjaan kita, tanpa sadar kita telah mulai mengeliminasi banyak sahabat potensial.
            Pada umur 30 kita sudah tidak lagi focus pada penampilan dan mulai melupakan hobi kita karena sulitnya bersaing.
            Di umur 35 kita sudah melupakan kesenangan yang kita dambakan di hari tua akibat kenyataan bahwa tabungan kita tidak mencukupi
            Di umur 45 kita berhenti makan makanan kesukaan kita akibat terlalu banyak mengkonsumsinya di usia 25 dan berdampak buruk di usia ini.
            Di umur 55 kita benar-benar melupakan keinginan menikmati hari tua dengan memandang indahnya hidup dan menikmati apa yang telah kita lewati, kita mulai kuatir dengan masa depan anak  kita.
            Pada umur 60 kita menyesal karena tidak banyak yang kita dapat akibat tidak ada mimpi yang direalisasikan. Kita hanya ingin cepat tidur selamanya, karena kita sudah tidak bisa lagi menikmati makanan yang kita suka, tidak memiliki achievemenet apapun yang bisa dibanggakan, kita tidak punya siapapun untuk menjaadi sahabat kita, kita tidak bisa menikmati hobi kita di masa muda, kesehatan jasmani kita juga mengkhawatirkan.
            HIDUP CUMA DATANG SEKALI. Jadi pastikan kita BERJUANG untuk MENCAPAI MIMPI-MIMPI KITA! Jangan lepaskan, tapi usahakan. Jangan sampai kehabisan pilihan dalam menjalani hidup.

DREAMING IS A FREEDOM SO FREE YOUR DREAMS ^^